JERUJI Ini hanya sebuah cerita, boleh jadi dimata kalian cerita ini usang, namun zaman selalu berputar, ia menari mengikuti irama gendrang keadilan. Manusia terkurung dalam Jeruji, dia bisa salah atau tidak. Manusia mati di tiang gantungan, ditembus peluru, dia juga bisa salah atau tidak. Peristiwa tak selalu nampak nyata benar dimata, karena ada hal-hal yang sengaja dicipta untuk mengelabui pandangan mata. Nabi Yusuf hidup bertahun-tahun di dalam jeruji, raganya terkurung karena fitnah seorang istri penguasa, Zulaikha. Seluruh negeri menghakimi Nabi Yusuf sebagai terdakwa, namanya benar-benar diinjak oleh ambisi dan nafsu angkara.
Imam Ahmad Bin Hambal, sang mujjadid yang harus menghabiskan masa tua dibalik jeruji Al-Ma'mun. Dianiaya karena memegang teguh prinsip yang menghamtan penguasa. Al-Qur'an kalammullah, itulah prinsip yang dipegang teguh Imam Ahmad hingga akhir hayat. Dunia tak pernah sepi dari kisah heorik dibalik jeruji besi. Cut Nyak Dien, Soekarno, Robert Walter Monginsidi, Buya Hamka, Sayyid Qutb, Syeikh Ahmad Yasin, Nellson Mandela, Martin Luther King Jr, Malcolm X, Muhammad Ali, Recep Tayyep Erdogan dan berderat nama besar lain pernah hidup diruang sempit berjeruji. Mereka merasakan terpuruk karena membentur tembok kekuasaan. Dijadikan tumbal untuk sebuah lakon karya Machiavelli. Namun jiwa mereka bebas, pikiran tak menjadi buntu lantaran sempitnya ruang. Kemenangan keadilan hanya masalah waktu saja. Allah SWT selalu punya cara membalik cerita duka diluar akal manusia. Waktu akan selalu berpihak pada kebenaran, seberapa dalam pun kebenaran itu dikubur, kelak kebenaran akan tetap muncul kepermukaan. Pun demikian, seberapa rapi bangkai itu disimpan suatu saat baunya akan menyeruak menusuk hidung keadilan. Jeruji hanya mampu menahan raga, bukan jiwa. Peluru hanya mampu membunuh jasad, bukan pemikiran apalagi kebenaran. Mereka yang hatinya tak pernah terpenjara akan senantiasa damai dibalik jeruji dan tak akan pernah mati meski diterjang seribu peluru.
💐Gunungkidul,30-01-2017