MENU

Cinta ini semakin memuncak bersebab kekuranganmu

Cinta ini semakin memuncak bersebab kekuranganmu

Cinta dari orang tua,.

Cinta dari orangtua Sering lahir karena suatu kekurangan yang ada / terlihat pada diri anaknya.
Semakin nampak kekurangan pada diri anak, semakin tinggi Cinta memuncak.

Kala itu,..
kau merengek dipertengahan malam, terbangun ibunda dari lelap tidurnya. Hilang seketika rasa lelah yang dirasakan sebelumnya.. Hanya satu yang ada dalam pikiran "ia Anakku,dan inilah cintaku"..

Ditenangkannya dirimu, air susu, dan serangkaian sikap dengan sigapnya dilakukan agar kau beroleh ketenangan, merasakan kenyamanan.

Dan ada kemudian, tatkala dirimu semakin besar, tumbuh dewasa berada dalam kesuksesan. Jangankan segelas susu,. Sekilas suara yang kau kirimkan melalui telfon saja sudah bisa menyeka kedua Netra nya,.

dan ia tidak pernah meminta, tidak pernah memaksa. sekalipun kerinduan yang semakin membuncah. tidak pernah menjadikan suaranya mengeras, bahkan semakin parau "Hati-hati disana Nak".

cinta yang kemudian akan dipertanggungjawabkan. sedari kecil kau dibimbingnya. dan saat dewasa entah apa yang menjadikanmu berpusat kepada sesosok mata, seorang wanita yang kadang kau merengek mengemis cinta dan kadang hanya berbuah luka.

sementara diatas kursi tua itu. ibu mu selalu menanti, menghabiskan senja yang kian menguning dengan tatapan tatapan kaburnya. berharap ada sedikit suara yang menyela kicauan burung berpulang kesarang "Assalamu'alaikum, aku pulang mak", tapi tidak ada.
dan melalui telfon genggam yang tak pernah lepas di saku baju kirinya,. berharap pula ada sedikit getaran. lagi lagi tidak ada. ditaruhnya handphone diatas meja bercampur beberapa hidangan yang ternyata sisa nasi dipagi hari. berdering handphone, membangkitkan badan sepuh disaat lelapnya melepas lelah. dan berharap itu adalah telfon darimu. lagi lagi bukan.

dibawanya handphone, semakin dekat dengan posisi istirahatnya. berharap agar setiap dering yang terdengar bisa segera ia angkat. dan masih dalam pengharapan. bahwa itu adalah telfon darimu.

sementara rindu semakin membuncah, tak ada airmata sesal karena telah mengijinkanmu pergi mengembara ke masa depan. justru yang ada hanyalah lantunan doa yang bisa jadi tiada manusia yang mendengarnya. namun hati dan pikirannya berteriak, berharap dalam rindu terselimut pada badan dan kulitnya yang kian kurus mengeriput. sesegukan terasa membasah, dan semakin lama ia lantunkan untaian dalam munajat "Yaa Allah, ampunilah aku. sayangilah anakku, sadarkanlah anakku. sungguh dosa yang diperbuatnya tak lepas dari kesalahanku yang tidak bisa mendidiknya".

Dan kita tidak pernah tahu,
Bahkan, entah terpikirkan atau tidak pada sosok yang telah bergelut dengan segala penantiannya dihari tua.

Tak ada isak, hanya sudut mata yang basah tapi tak tumpah...


*Wonosari, 10 februari 2017