MENU

RISALAH TAUBAT

RISALAH TAUBAT

Segala puji Allah yang Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, yang telah menjadikan pintu taubat terbuka bagi kaum mukminin, yang membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk yang berbuat kesalahan di siang hari agar bertaubat. dan membentangkan tangan-Nya di siang hari bagi yang berbuat kesalahan di malam hari agar bertaubat. Sholawat serta salam bagi nabi yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam, yang telah menganjurkan dan memerintahkan kita agar bertaubat. Beliau bersabda:

يا أيها الناس توبوا إلى الله فإني أتوب في اليوم إليه مائة مرة

“Wahai sekalian manusia bertobatlah kalian kepada Allah dan mohon ampunlah. Sesungguhnya aku bertaubat 100 kali dalam sehari.” Sholawat dan salam juga bagi keluarga, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat.

Saudaraku yang mulia…
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
Allah berfirman :
وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu sekalian beruntung.” (Qs. An Nur: 31)

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:
يأيها الذين آمنوا توبوا إلى الله توبة نصوحا عسى ربكم أن يكفر عنكم سيئاتكم ويدخلكم جنات تجري من تحتها الأنهار
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rab kalian menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At Tahrim: 8)

Allah Ta’aala berfirman:

إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)

Ayat-ayat yang menyebutkan taubat sangat banyak.
Adapun hadits-hadits Nabi ص diantaranya adalah sebagai berikut:

عن الأغر بن يسار المزني رضي الله عنه قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: "يا أيها الناس توبوا إلى الله فإني أتوب في اليوم إليه مائة مرة"
Dari Al Aghor bin Yasar Al Muzany –semoga Allah meridlainya- berkata: Nabi ص telah bersabda: “Wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Allah dan memohon ampunlah sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari 100 kali” (Muslim 4/2075 no. 2702).  (Ada perbedaan lafadz antara yang terdapat dalam buku dengan yang terdapat dalam Shahih Muslim cetakan Dar Ihya at Turats al ‘Arabi, Beirut, tahqiq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi, dengan halaman dan nomor hadits yang sama. Apa yang tertulis di sini adalah yang terdapat dalam cetakan Dar Ihya at Turats Beirut, pent)

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "إني لأستغفر الله وأتوب إليه في اليوم أكثر من سبعين مرة."
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridlainya- telah berkata: saya pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya saya memohon ampun dan bertaubat pada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.” (Al Bukhari 11/121 no. 6307).
(Dalam Shahih Bukhari cetakan Dar Ibnu Katsir, Al Yamamah, Beirut, tahun 1407-1987, tahqiq DR. Musthafa Dib Al Bagha, hadits ini terdapat di jilid 5 hal 2324 no hadits 5948, pent)

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لله أشد فرحا بتوبة عبده حين يتوب إليه من أحدكم كان على راحلته بأرض فلاة فانفلتت منه وعليها طعامه وشرابه فأيس منها فأتى شجرة فاضطجع في ظلها قد أيس من راحلته فبينا هو كذلك إذا هو بها قائمة عنده فأخذ بخطامها, ثم قال من شدة الفرح: "اللهم أنت عبدي وأنا ربك" أخطأ من شدة الفرح"
Dari Anas bin Malik berkata: bersabda Rasulullah ص : “Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika sedang bertaubat pada Nya, daripada seseorang diantara kalian yang berada diatas tunggangannya di sebuah padang terbuka. Kemudian tunggangan tersebut hilang darinya padahal disitu ada makanan dan minumannya. Dia pun berputus asa. Lalu mendatangi sebuah pohon dan berbaring di bawahnya setelah putus asa mencarinya. Ketika ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba tunggangannya ada didepannya maka dia pun memegang  tali kekangnya kemudian berkata –karena saking gembiranya-: “Ya Allah Engkau adalah hambaku dan saya adalah tuhanmu” salah ucap karena begitu gembiranya”. (HR Al Bukhari 11/123 no. 6309 dan Muslim 4/2104 no. 2747)

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa gembira dengan taubat hamba-Nya karena cinta-Nya pada taubat, memaafkan dan hamba-Nya yang kembali (kepada-Nya) setelah ia berpaling dari Nya.
عن أنس وابن عباس رضي الله عنهم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "لو أن لابن آدم واديا من ذهب أحب أن يكون له واديان ولن يملأ فاه ابن آدم إلا التراب ويتوب الله على من تاب."
Dari Anas dan Ibnu Abbas –semoga Allah meridlai keduanya- bahwa Rasulullah صbersabda: “Seandainya anak cucu Adam memiliki sebuah lembah dari emas dia akan senang memiliki dua lembah lagi. Tidak ada yang akan memenuhi mulut anak cucu Adam selain tanah. Allah menerima taubat orang yang bertaubat. ( Bukhari 11/305 no. 6437, Muslim 2/725 no. 1049) (Dalam Shahih Muslim tidak ada lafadz yang sama persis seperti di buku demikian pula dalam shahih Bukhari dan berasal dari Shahabat Abdullah bin Zubair radliyallahu 'anhu, bukan dari Anas bin Malik seperti yang terdapat dalam shahih Muslim. Wallahu a’lam, pent)

Taubat adalah kembali dari maksiat pada Allah menuju kepada ketaatan kepada-Nya. Karena Dialah yang berhak disembah. Hakekat dari ibadah adalah kerendahan dan tunduk pada yang disembah dengan penuh rasa cinta dan ta’zhim (mengagungkan). Jika seorang hamba perbuatan yang keluar dari ketaatan pada Robb-nya, maka taubatnya adalah dengan kembali pada-Nya dan berdiri di pintu-Nya seperti seorang fakir yang hina, yang takut, yang cemas di hadapan-Nya.

Taubat harus segera dilakukan, tidak boleh diakhirkan dan mengundur-undurnya. Kerena taubat adalah perintah Allah dan rosul-Nya. Semua perintah Allah dan rasul-Nya harus disegerakan secepatnya, karena seorang hamba tidak tahu apa yang terjadi padanya jika menunda. Mungkin saja maut menjemputnya tiba-tiba maka ia tidak bisa bertaubat. Disamping itu, terus menerus dalam kemaksiatan menyebabkan hati menjadi keras, jauh dari Allah, dan keimanan menurun. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Terus-menerus dalam maksiat menyebabkan kecendrungan dan ketergantungan kepadanya. Karena jiwa manusia, jika terbiasa dengan sesuatu sulit baginya untuk meninggalkannya. Pada saat itulah sulit baginya untuk melepaskan diri dari maksiat dan syaitan akan membukakan pintu-pintu maksiat lainnya yang lebih besar dan lebih bahaya dari yang sudah ia lakukan. Oleh karena itu,para ulama mengatakan: “Sesungguhnya maksiat adalah jalannya kekufuran.” Orang berpindah satu tahapan maksiat ke tahapan lain sampai menggelincirkannya dari keseluruhan ajaran agamanya. Kita memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan.

Taubat yang Allah perintahkan adalah taubat nasuha yang mencakup 5 syarat:
Syarat Pertama: Taubatnya ikhlas karena Allah, yaitu menjadikan pendorong taubat itu adalah kecintaan dan ta’zhim (mengagungkan) Allah serta mengharap pahala-Nya dan takut azab-Nya. Tidak menginginkan dunia sedikit pun dari taubatnya tersebut. Tidak pula mencari muka di hadapan makhluq. Jika ia mengharapkan hal itu maka taubatnya tidak diterima karena ia belum bertaubat kepada Allah tetapi taubat untuk mendapat tujuan yang ingin dicapainya.

Syarat Kedua: Menyesali dan sedih atas dosa yang telah lalu. Berharap bahwa ia tidak mengerjakan perbuatan dosa tersebut untuk menumbuhkan rasa penyelasan itu dalam rangka kembali kepada Allah, tunduk dihadapan-Nya dan mencela nafsunya yang telah memerintahkan kejelekan. Jadi taubatnya berasal dari kenyakinan dan ilmu.

Syarat Ketiga: Meninggalkan maksiat tersebut sesegara mungkin. Jika maksiatnya dengan mengerjakan perbuatan yang diharamkan maka harus langsung meninggalkannya, jika maksiat itu bentuknya meninggalkan kewajiban maka harus langsung mengerjakannya, jika maksiatnya berupa perbuatan yang bisa diqadla seperti zakat dan haji, maka taubat tidak sah jika terus dalam kemaksiatan. Seandainya ada yang mengatakan: Dia telah taubat dari riba tetapi tetap dia masih bermuamalah (berinteraksi) dengan riba, maka taubatnya belum benar. Taubatnya ini hanyalah suatu bentuk mempermainkan Allah dan ayat-ayat Nya, yang justru akan menambah semakin jauh. Seandainya taubat dari meninggalkan sholat berjamaah dan masih tetap meninggalkan sholat jama’ah tersebut maka taubatnya belum benar. Jika maksiatnya berhubungan dengan hak-hak orang lain, taubatnya belum benar sampai dia menyelesaikan hak-hak tersebut. Jika maksiatnya dengan mengambil harta orang lain atau merampasnya maka taubatnya belum benar sampai ia mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya jika ia masih hidup atau kepada ahli warisnya jika telah meninggal. Dan jika tidak punya ahli waris, maka ia menyerahkan harta tersebut ke baitulmal. Seandainya ia tidak tahu siapa yang dia ambil hartanya dia mensodaqohkan harta yang dia ambil dengan niat untuk yang punya harta, Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa Maha mengetahui hal tersebut. Seandainya maksiatnya dalam bentuk ghibah (membicarakan aib) seorang muslim, maka wajib meminta maaf padanya jika orangnya mengetahui atau dikhawatirkan sudah mengetahui hal tersebut. Jika dia tidak mengetahuinya maka memintakan ampunan dan memujinya dengan sifat-sifatnya yang terpuji di majelis tempat menggunjing orang itu. Karena sesungguhnya kebaikan itu menghapus keburukan.

Taubat dari suatu dosa tetap sah meski masih mengerjakan dosa yang lain karena amal bercabang-cabang (bermacam-macam), dan iman itu bertingkat-tingkat. Namun seseorang yang bertaubat tidak berhak mendapat sebutan taubat yang sempurna, sifat-sifat terpuji dan kedudukan yang tinggi, sampai bertaubat kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dari semua dosa.   

Syarat Keempat: Bertekad untuk tidak mengulang kembali perbuatan maksiat di masa mendatang, karena ini merupakan buah dari taubat dan bukti kesungguhan dari pelakunya. Jika ada yang mengatakan: Dia sudah taubat tetapi sudah bertekad atau ragu-ragu apakah akan mengerjakan lagi maksiat pada suatu hari nanti, maka taubatnya belum sah. Karena ini adalah taubat yang sementara, dimana pelakunya mencari-cari kesempatan yang tepat (untuk melakukan lagi, pent), tidak menunjukkan dia benci terhadap maksiat tersebut dan berusaha lari dari maksiat tersebut menuju taat kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Syarat Kelima: Taubatnya tidak dilakukan pada saat kesempatan diterimanya taubat sudah habis. Jika waktunya sudah habis maka taubatnya tidak diterima. Ketika maut sudah menjemput, maka taubat tidak lagi berguna dan tidak akan diterima. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:

وليست التوبة للذين يعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت قال إني تبت الآن

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan: Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” (QS An Nisa` ayat 18)

Dari shahabat Abdullah bin Umar bin Al Khaththab -radliyallahu 'anhuma-, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر

“Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat.” (HR Ahmad dalam Al Musnad 20/132 no 3537 dan dinilai shahih oleh Syekh Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi no 2802)

Jika taubat itu sah, dengan terpenuhinya semua syarat-syaratnya, maka akan diterima. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa akan menghapus dosanya, meskipun berupa dosa besar. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:
قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقطنوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعا إنه هو الغفور الرحيم
“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az Zumar ayat 53)

Wahai saudaraku sekalian, bersegeralah memanfaatkan usia yang ada untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah 'Azza wa Jalla. sebelum datangnya kematian yang tiba-tiba, maka anda semua tidak bisa mengelaknya.
Mudah-mudahan shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kelurganya dan para shahabatnya.